MAKALAH PATOLOGI
”KELAINAN KONGENITAL”
KELOMPOK 5
1. Rahmawati(113110262)
2. Rayesha
Yulindhani(113110263)
3. Rian Aulia
Putra(113110264)
4. Risa Sukma(113110265)
5. Romi idayat (113110266)
TINGKAT : IB JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
DOSEN PEMBIMBING : dr. ELIZABETH, S. MSc
POLTEKKES
KEMENKES PADANG
TA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Dengan nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “KELAINAN KONGENITAL”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : dr. ELIZABETH, S. MSc
Yang
telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini belum sempurna.
Untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiiin…………..
Padang, 12 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI...........………………………………………………….
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………...
1.1 LATAR
BELAKANG.....................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................
1.3 TUJUAN..........................................................................
BAB II
TEORI………………………………………………………
2.1 PENGERTIAN KELAINAN KONGENITAL........................
2.2 ANGKA KEJADIAN..............................................................
2.3 FAKTOR ETIOLOGI...............................................................
2.4 MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL/ CACAT
BAWAAN PADA NEONATUS....................................................
2.5 BEDAH JANTUNG
BAB
III KASUS…………………………………………………….
BAB
IV HUBUNGAN TEORI DENGAN KASUS …………….... ..
BAB
V SIMPULAN DAN SARAN……………………………….. ..
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kelainan
kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi
dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya
pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal
karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi
kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan
kematian neonatal.
Mortalitas dan
morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami
penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni
esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan
kelainan metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi
disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi
alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian
diatas diharapkan seorang perawat dapat melakukan penanganan secara terpadu.
Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama
dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi
jika kondisi lebih parah kita harus melakukan rujukan.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan kongenital?
2. Apa
saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Bagaimana
menentukan diagnosis kelainan congenital ?
4. Apa
saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada dan penatalaksanaannya?
5.
Bagaimana hubungan kelainan kongenital dengan kasus
yang ada dalam masyarakat?
1.3
TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
Mahasiswa diharapkan
mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan kelainan kongenital.
1.3.2
TUJUAN KHUSUS
1.
Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat
bawaan
2.
Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3.
Untuk mengetahui diagnosis kelainan kongenital
4.
Untuk mengetahui kelainan kongenital pada dan
penatalaksanaannya
5.
Untuk mengetahui hubungan kelainan kongenital dengan
kasus yang ada dalam masyarakat
BAB II
TEORI
2.1 PENGERTIAN KELAINAN KONGENITAL
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab
penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu
seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai
bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat,
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping
pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnosa
kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/-
ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin.
2.2 ANGKA KEJADIAN
Kelainan
kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau
dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai
kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum
ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan
beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi
kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama
kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru
lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain.
Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15%
sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Angka
kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran angka
kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun.
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan
angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran
hidup atau sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr.
Pirngadi, Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran
bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri
4625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat
berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung
pada cara perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.
2.3 FAKTOR ETIOLOGI
Penyebab
langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional
dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor
lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang
diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
1.
Kelainan
Genetik dan Kromosom
Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti
hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan
sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai
unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan
kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dafam
bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya
kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan
tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomai
trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin
sebagai sindroma Turner.
2.
Faktor
mekanik
Tekanan mekanik pada janin
selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh
hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki
seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus
(clubfoot)
3.
Faktor
infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan
kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni
dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode
organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ
rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai
contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester
pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan
pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan.
Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan
kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4.
Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu
yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu
jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah
thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.
Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang
kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital,
walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian
obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar
dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya
pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau
prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5.
Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme
lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati
masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo
pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08
per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk
kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1:
5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu
berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15
untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
6.
Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai
hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang
normal.
7.
Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan
mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya
riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik
atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
8.
Faktor gizi
Pada binatang percobaan,
kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan
kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa
frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir
dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein,
vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan
kejadian &elainan kongenital.
9.
Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang
tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan
hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,
hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
2.4 MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL/ CACAT BAWAAN PADA
NEONATUS
1. Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat
pada daerah oksipitalØ dimana terjadi penonjolan meningen yang mengandung
jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup cacat tersebut
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup cacat tersebut
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf
terpapar yaitu lesi ditutupiØ kassa steril atau kassa yang tidak lengket, pertahankan
suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat lingkar kepala,
foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua mengenai kelainan ini.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi:
keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada
sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:
a. Hidrocephalus
tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat
di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus
berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di
absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab : Obstruksi sirkulasi likuor
(sering terdapat pada bayi) yaitu kelainan bawaan, infeksi, perdarahan, sekres
yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik : Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar, sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah. Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Gejala klinik : Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar, sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah. Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:
a. Mengurangi
produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan. Obat
diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
ventrikel dengan subarachnoid.
ventrikel dengan subarachnoid.
b. Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan
c. Pengeluaran
cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran
CSS ke satu arah.
3.
Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah
bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ
terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit
keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØ penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØ penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau
teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan kelainan pada janin,
contohnya virus atau bahan kimia). Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu
distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya celah
pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada
hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat
diperiksa dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau makan.
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran,
terjadinya otitis media, aspirasi, disstress pernapasan.
Penatalaksanaan:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi
kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok atau
pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang
diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan
pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan
pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan
pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung
pada derajat kecacatan.
4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung
esofagus buntu yang biasanya disertai kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan
jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
Gambaran klinik : Liur selalu
meleleh dari mulut bayi dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea
akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi
yang baru lahir denganØ
kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk
ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØ setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØ setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus
atau tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya
secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam
setelah lahir danØ
tidak terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur mekoniu. Atresia Ani
terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØ rendah atau
pada anus, membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu
terletak pada macam-macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan
ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik
rektum kepatenanØ
rektum dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer
yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan
jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan
lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir
berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØ dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØ dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6.
Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan
tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari pleksuss messentrikus /
aurebach pada kolon bagian distal Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek :
dari anus sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi sigmoid bahkan
dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering
ditemukan ialah mekonium yangØ
lambat keluar ( lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akanØ merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akanØ merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang
terbentuk sejak dalam kandungan. Ada sebagian komponen tulang belakang yang
tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau
susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai
sejak dalam masa pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4
minggu kehamilan. Pada masa ini janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng
saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang belakang yang seharusnya menutup jadi
tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan
konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang
belakang dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di
tingkat yang sama. Tapi dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh
lebih cepat dari sumsum tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang,
perkembangannya jadi tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka
sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi,
sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput
saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya,
kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau
dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila
diketahui si bayi terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam
kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØ kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØ kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
8. Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma
sehingga isi perut masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan
ialah penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak pada
bagian posrero lateral dari diafragma.
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam toraks, akan timbul gejala gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam toraks, akan timbul gejala gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.
Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan
tindakan pemberian oksigen bila bayi tampak sianosi, kepala dan dada harus
lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi perut
terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi
ini juga dilakukan setelah operasi.
9.
Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh
karena kelainan pertumbuhan tulang- tulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar
bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan bedah segera,
tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
10.
Obstruksi Usus
Pada
bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harus dilakukan dengan
tindakan pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya
atresia esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan
lambung dapat diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga mungkin terdapat obstruksi
usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus halus dan usus besar yang
dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah
hijau atau kuning coklat,perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan
peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan:
dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral,
pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi
sesuai dengan letak obstruksi
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di
sebabkan disfungsi umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan
berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus
halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
11.
Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit
jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah gangguan atau kelainan
organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar
akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan. Penelitian
membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,infeksi saat kehamilan, dan
keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan
jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak
diketahui penyebabnya. Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah) dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin.
Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di
dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi,
oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme. Pemakaian obat tertentu pada
kehamilan trimester pertama berperanØ
dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin,
talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alcohol,
rubella, dan Diabetes selama hamil.
Jenis-jenis
Kelainan Jantung
Kelainan jantung bawaan sangat beragam jenisnya.
Berikut adalah beberapa di antaranya:
1.
Sekat Bilik Jantung Berlubang (Ventracular Septal
Defect/VSD)
VSD adalah kelainan jantung berupa
lubang pada sekat antarbilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah
pada bilik kiri dan kanan jantung. Kebocoran ini membuat sebagian darah kaya
oksigen kembali ke paru-paru sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki
paru-paru. Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan masalah berarti. Bila
besar, bayi dapat mengalami gagal jantung.
VSD adalah kelainan jantung bawaan
yang paling sering terjadi (30% kasus). Gejala utama dari kelainan ini adalah
kesulitan menyusui dan gangguan pertumbuhan, nafas pendek dan mudah lelah. Bayi
dengan VSD besar cepat tidur setelah kurang menyusui, bangun sebentar karena
lapar, mencoba menyusu lagi tetapi cepat kelelahan, tertidur lagi, dan
seterusnya.
2.
Penyempitan Katup Paru (Pulmonary Stenosis/PS)
PS adalah penyempitan katup paru
yang berfungsi mengatur aliran darah rendah oksigen dari bilik kanan jantung ke
paru-paru. Dengan penyempitan ini, bilik kanan harus bekerja keras memompa
darah sehingga makin lama makin membesar (hipertrofi).
PS adalah kelainan jantung paling
umum kedua, terjadi pada 10% kasus. Banyak penderita ASD yang baru terdiagnosis
setelah dewasa. Bila demikian, dampaknya mungkin sudah sangat merusak berupa
penyakit paru, risiko stroke tinggi dan usia harapan hidup yang rendah.
3.
Sekat Serambi Jantung Berlubang (Atrial Septal
Defect/ASD)
ASD adalah lubang di antara dua
serambi jantung. Lubang ini menimbulkan masalah yang sama dengan VSD, yaitu
mengalirkan darah kaya oksigen kembali ke paru-paru. ASD terjadi pada 5-7%?
kasus dan lebih banyak terjadi pada bayi perempuan dibandingkan bayi laki-laki.
4.
Tetralogi Fallot (Tetralogy of Falot/TOF)
TOF adalah komplikasi kelainan jantung bawaan yang
khas, dan melibatkan empat kondisi:
- Sekat bilik jantung berlubang (VSD)
- Penyempitan katup paru (PS)
- Bilik kanan jantung membesar (hipertrofi)
- Akar aorta tepat berada di atas lubang VSD
Lubang VSD biasanya besar dan darah mengalir dari
bilik kanan melalui lubang ini menuju bilik kiri. Hal ini terjadi karena adanya
hambatan pada katup paru. Setelah masuk ke bilik kiri, darah yang rendah
oksigen itu dipompa ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh. Itulah sebabnya
bayi penderita TOF memiliki kulit yang membiru karena kekurangan oksigen.
2.5
BEDAH JANTUNG
Pengertian
Bedah jantung adalah : Usaha atau
operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi
jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
1)
Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan
dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin
extra corporal).
2)
Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang
dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting
aortopulmonal.
Tujuan Operasi Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam
antara lain :
1)
Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya
penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of
Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak
(pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2)
Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara
untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi karena operasi
total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF,
Pulmonal atresia.
3)
Repair yaitu
operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
4)
Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang
mengalami kerusakan.
5)
Bypass koroner
yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
6)
Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen
pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
7)
Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung
seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari
penderita yang meninggal karena sebab lain.
BAB III
KASUS
A.
DATA PASIEN
NAMA : NIKEN
UMUR
: 8
½ tahun
TINGGI BADAN : 111 cm
BERAT BADAN : 15 kg
ICU SADAR :
100/70 mmHg
TANGGAL LAHIR : 3 Desember 2003
LAHIR CARA : Spontan
TEMPAT LAHIR : dirumah; Bidan
MASA GESTASI : Cukup bulan
SERN APGAR : Langsung Menangis kuat
BeRAT BADAN LAHIR : 2500 gr
Panjang Lahir :
48 cm
Pertumbuhan Gigi pertama 7 bulan
Tengkurap 4 bulan
Duduk 6 bulan
Berdiri 9 bulan
Jalan 12 bulan
Bicara 13 bulan
Vaksin
BCG : umur 1 bulan
Vaksin
DPT :
I : umur 2 bulan
II : umur 3 bulan
III : umur 4 bulan
Vaksin
Polio :
I : umur 2 bulan
II: umur 3 bulan
III : umur 4 bulan
Vaksin
Campak : Umur 9 bulan
Imunisasi Dasar Lengkap
B.
DATA KELUARGA
1.
IBU
Umur Ibu : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2.
AYAH
Umur Ayah : 46 tahun
Pendididkan terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh
Penghasilan Per bulan : 750.000
3.
Saudara
Righno (laki-laki) : 17 tahun Sehat
Ravi (laki-laki) : 16 tahun Sehat
Niken (perempuan) : OS
Tanggal Masuk rumah sakit : 01
Maret 2012
Jam : 10.22 WIB
C.
RIWAYAT PASIEN
v
Keluhan
Utama : Demam Berulang sejak 2 bulan yang lalu.
v
Riwayat
Kesehatan Sekarang :
-
Demam
berulang Sejak 2 bulan yang lalu
-
Demam
tidak tinggi
-
Demam
tidak terus menerus
-
Demam
tinggi 10 hari yang lalu, selama 7 hari suhu naik turun
-
Tidak
memggigil
-
Tidak
berkeringat
-
Batuk
Pilek (-)
-
Sesak
Nafas (-)
-
Oedema
(-)
-
Sianosis
(-)
-
Anemis
(+)
-
Ikterus
(-)
-
Anak
kurang mau makan sejak sakit
-
Riwayat
keluar cairan dari telinga (-)
-
Riwayat
kebiruan (-)
-
Riwayat
menyusui sebentar – sebentar saat bayi (-)
-
Riwayat
korengan (-)
-
Riwayat
gerakan tidak terkontrol (-)
-
Riwayat
nyeri sendi berpindah (-)
-
Riwayat
cabut gigi (-)
-
Riwayat
Operasi (-)
v
Riwayat
Kesehatan Dahulu : Tidak Ada
v
Riwayat
Kesehatan Keluarga : Tidak ada
Data Subjektif :
-
Demam
berulang Sejak 2 bulan yang lalu, tidak tinggi, tidak terus menerus.
-
Batuk
Pilek (-)
-
Sesak
Nafas (-)
-
Mual
Muntah (-)
-
BAB,
BAK biasa
Data Objektif :
-
Sesak
Sedang -
Konjungtiva : anemis (-)
-
Sadar - Sklera
: ikterik (-)
-
Frekuensi
Nadi 92x - gigi mulut :
caries (+)
-
Fekuensi
Nafas 24x - Thorax .cor :
irama irequer, perkusi vesikuler
-
Suhu
badan 36,80c -
Abdomen : Bising Usus (+), distensi (-)
-
ICU
sadar : 100/70 mmHg
-
HB
: 9,4
-
Leukosit
: 15000/mm3
-
HT
: 33 Vol
-
Eritrosit
: 4,4 juta/m3
PEMERIKSAAN
FISIK :
Konjungtiva : anemis (+)
Sklera : ikterik (-)
Pupil : 1 sokor P 2/2 mn reflek cahaya +/+ N
Hidung : Nafas Cuping Hidung (-)
Tenggorokan : T1 – T1
tidak Hiperemis
Faring : Hiperemis (-)
Gigi Mulut : Mukosa bibir dan mulut bengkak
Leher : JVP 5-2 mmHzg
Dada Paru
Inspeksi :
Simetris, normal Chest
Palpasi :
Simetris kiri kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi :
Iktus teraba pada 1 jari medial I MCS RIC V
Perkusi : Batas atas RIC II kanan LSD kiri
1 jari medial L MCS RIC V
Auskultasi : Irama teratur biasa ; Pam. Sistonik
grade 3/6
terjelas di RIC III, IV dan Apex
terjelas di RIC III, IV dan Apex
Obat
MB TKTP : 300 Kkal
Ceftriaxon :
1x 1,5 jt/ IV
Gentamien : 3x 14 mg/IV
Diagnosa :
Caries Dentis + Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
VSD + endokarditis infektif
VSD + endokarditis infektif
BAB IV
HUBUNGAN TEORI DENGAN
KASUS
Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur anak yang timbul sejak kehidupan hasiI
konsepsi sel telur. Salah satu contoh kelainan kongenital adalah penyakit
kelainan jantung bawaan non sianotik VSD.
Kelainan jantung bawaan
non sianotik VSD dapat menyebabkan anak mengalami anemi. Hal ini
disebabkan karena lubang pada sekat antarbilik jantung yang menyebabkan
kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Kebocoran ini membuat
sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru sehingga menghalangi darah
rendah oksigen memasuki paru-paru. Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan
masalah berarti. Bila besar, anak dapat mengalami gagal jantung. Anak yang
sudah menderita gagal jantung juga dapat mengalami komplikasi dengan
endokarditis infektif, yaitu infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan
katub jantung. Apabila infeksi ini terjadi anak dapat mengalami demam berulang
dan anemi.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
5.1
KESIMPULAN
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab
penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu
seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan
5.2 SARAN
Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memperhatikan penyakit kelainan kongenital.
DAFTAR PUSTAKA
Ulfah
Rahayoe , Anna. penyakit jantung bawaan. indonesiaindonesia.com. diakses
tanggal 15 maret 2012
FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.
Jakarta.
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC.
PAPDI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I. Jakarta.
Catzel, Pincus dan Ian Roberts,
1990. Kapita Selekta Pediatric. Ed.2. Jakarta: EGC.
Rachmat. Kelainan kongenital.
www. medicastore.com. Diakses
tanggal 13 Maret 2012.
Sammy.2010.
Penyakit Jantung bawaan. www. wordpress.com. diakses tanggal
15
maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar