BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/90
mmHg
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
·
Hipertensi primer (esensial) Adalah
suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak
diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
·
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi
persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi
ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi.
(Sheps, 2005).
Klasifikasi
Penyakit Hipertensi
Klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Tekanan sistolika.
< 119 mmHg : Normalb. 120 – 139 mmHg: Pra Hipertensic. 140 – 159 mmHg:
Hipertensi derajat 1d. > 160 mmHg : Hipertensi derajat 22. Tekanan diastolik
:a. < 79 mmHg : Normalb. 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensic. 90 – 99 mmHg
: Hipertensi derajat 1d. > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati apabila tekanan darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas. Segera berkonsultasi dengan dokter untuk menurunkannya.
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati apabila tekanan darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas. Segera berkonsultasi dengan dokter untuk menurunkannya.
Gejala Penyakit Hipertensi
Gejala-gejala penyakit hipertensi
yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan
tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai
berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
1.2
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.2.1. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak
didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada
ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru-paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis-
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki
laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah
untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang
relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah
pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis
yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh
darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.\
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar
endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya
sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan
kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang
tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.(Gibson, John. Edisi 2 tahun
2002, hal 110)
1.2.2 Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh
untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari
sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 1997)
1.3 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi.
Perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan garam (Sodium atau Natrium)
Seseorang
yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi
garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu,
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau
dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Tujuan
diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun
syarat-syarat diet garam rendah adalah :
·
Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
·
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
·
Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi.
Diet
ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
· Diet Garam
Rendah I (200-400 mg Na)
Diet
ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat.
Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam
Rendah II (600-800 mg Na)
Diet
ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak
terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari
bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam
Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet
ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian
makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya
boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g).
2.2 Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements
potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Potasium
umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran
yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara
lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu,
mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan
yang mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan
tekanan darah (hipertensi).
Pada
penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya
hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan
tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu,
diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan
yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah.
Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi
seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
A.
MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur
menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan
membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau
infark jantung.
Makanan yang harus
dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar
lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah
dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers, keripik dan makanan kering
yang asin).
3. Makanan dan minuman
dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft
drink).
4. Makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur
asin, selai kacang).
5. Susu full cream,
mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi
kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti
kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain
yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7.
Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara
mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu
lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat
ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk
selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1
sendok teh per hari.
Meningkatkan
pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu
untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat
dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg
kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg
kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk
mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115
gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari.
Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pada
ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang
dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada
ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin
(pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam
dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan).
B.
SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun
suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun saat
ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai
tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak
terjadi overdosis.
1. Vitamin dan Penurunan Homosistein
Asam
folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang
essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit
arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan
risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan
peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang
berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan
konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit
vaskuler.
2. Kacang Kedelai
dan Isoflavon
Kedelai banyak mengandung
fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas estrogen lemah. Penelitian
meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon dari protein kedelai
lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan
mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada
penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah
hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi
lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh
penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.
3. Tempe
Tempe adalah salah satu
makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi kapang Rhizopus ohgosporis
atau rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai macam
tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang
merupakan produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak
berwarna putih, dan bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning
pucat, diantara miselium. Fermentasi kapang menghasilkan perubahan pada tekstur
kedelai, menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.
Nilai Gizi Tempe :
· Protein
Enzim-enzim yang
dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya meningkat
sampai 85 kali kadar protein kedelai.
·
Karbohidrat
Kedelai
mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (dua terakhir
menyebabkan pembentukan gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe
menghasilkan karbohidrat.
·
Lemak
Enzim
dalam kapang dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan
meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5% menjadi 21%.
·
Mineral
Didalam
kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kapang menghasilkan enzim fitase
yang menguraikan asam fitat, sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
·
Vitamin
Proses
fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin B6
(Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar
vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin
B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk nabati lainnya.
Manfaat Tempe :
Tempe
merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper
kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah,
karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi
dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak
jenuh.
Tempe
juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa
jenis bakteri gram positif serta penyebab diare (Salmonella sp dan Shigella
sp). Oleh karena itu,
tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
4. Asam Lemak
Omega 3
Mengkonsumsi satu porsi
ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam
lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan
kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.
5. Serat
Walaupun berbagi studi
menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat dengan penurunan
kolesterol LDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang
menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit
kardiovaskular.
·
Nama hidangan, bahan utama, metode pengolahan,
dan alat saji diet hipertensi dan dislipidemia
Menu Bahan
Makanan Bahan Tambahan Metoda Pengolahan Alat saji
Nasi lunak
Tumis Ayam + Beras - Perebusan + pengukusan Piring porselen
Ayam tanpa kulit garam tumis Piring porselen
Wortel Wortel
pala rebus Mangkuk
Kopi susu Susu Air + gula Gelas
Pudding buah Gula Agar-agar rebus Piring kecil
Mangga Mangga
Susu Susu low fat Gelas
Nasi Beras Rebus + kukus Plato
Pepes ikan Ikan kunyit kukus Plato
Ayam kecap Ayam Gula merah tumis Plato
Susu Susu skim bubuk Gelas
Gula
Oseng Kangkung + wortel + buncis Wortel garam tumis Plato
Kangkung
Buncis
Pola makanMakanan Bahan Tambahan Metoda Pengolahan Alat saji
Nasi lunak
Tumis Ayam + Beras - Perebusan + pengukusan Piring porselen
Ayam tanpa kulit garam tumis Piring porselen
Wortel Wortel
pala rebus Mangkuk
Kopi susu Susu Air + gula Gelas
Pudding buah Gula Agar-agar rebus Piring kecil
Mangga Mangga
Susu Susu low fat Gelas
Nasi Beras Rebus + kukus Plato
Pepes ikan Ikan kunyit kukus Plato
Ayam kecap Ayam Gula merah tumis Plato
Susu Susu skim bubuk Gelas
Gula
Oseng Kangkung + wortel + buncis Wortel garam tumis Plato
Kangkung
Buncis
Menu Makan Pagi
• Nasi lunak
• Tumis ayam + wortel
• Kopi susu kedelai
( E : 225 Kal, KH : 30 g, L : 6,5 g, P : 30 g
Selingan 1 dan 2
• Pudding Mangga
• Susu low fat
( E: 330 Kal, KH: 59 g, L: 7 g, P: 7 g)
Makan Siang
• Nasi putih
• Pepes tahu
• Sup buncis + wortel
• Buah pepaya
( E: 325 Kal, KH: 44 g, L: 7,5 g, P: 18,5 g)
Makan Malam
• Nasi Putih
• Tumis bayam
• Pepes ikan
• Buah pepaya
( E: 360Kal, KH: 57 g, L: 3 g, P: 12g)
EVALUASI
HIDANGAN
Evaluasi untuk menu
makan pagi yaitu nasi lunak sudah cukup baik, pemberian kopi susu kedelai
sebaiknya ditanyakan dulu kepada pasien mengenai keluhan gastritis. Konsumsi
kopi pada pasien dengan keluhan gastritis sebaiknya dibatasi karena dapat
merangsang kerja lambung. Ayam suwir-wortel sudah cukup baik tingkat
kematangannya, tetapi rasa terlalu pedas. Evaluasi untuk puding mangga adalah
rasanya yang kurang manis. Oleh karena itu, jenis mangga yang dipakai haruslah
lebih manis untuk menambah rasa manis pada puding tanpa perlu penambahan gula
pasir. Kombinasi jumlah gula yang lebih besar dipadukan dengan mengurangi
jumlah mangga juga dapat diaplikasikan pada selingan ini sehingga kandungan
energi tidak melebihi kecukupan.
Evaluasi untuk makan siang, ukuran saji sup ayam terlalu banyak. Sebaiknya sayuran yang dimasukkan ke dalam sup hanya 0.75 SP. Aroma sup ayam sudah baik karena ditambahkan sedikit bubuk pala ke dalam sup. Selain itu, ayam disangrai terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam sup sehingga rasa sup ayam tidak terlalu amis. Pepes tahu sudah baik teksturnya, namun sebaiknya tidak digunakan cabai sebagai isi pepes. Pepaya yang disajikan pada menu makan siang terlalu matang sehingga warna kurang menarik. Evaluasi untuk tumis bayam dan wortel pada menu makan malam yaitu ukuran saji yang terlalu banyak dan potongan wortel yang terlalu tipis. Nasi yang dimasak sudah baik. Bumbu pada pepes ikan terlalu banyak dan seharusnya tidak menggunakan cabai rawit. Tekstur ikan sudah cukup baik, tetapi kualitas ikan kurang segar.
Evaluasi untuk makan siang, ukuran saji sup ayam terlalu banyak. Sebaiknya sayuran yang dimasukkan ke dalam sup hanya 0.75 SP. Aroma sup ayam sudah baik karena ditambahkan sedikit bubuk pala ke dalam sup. Selain itu, ayam disangrai terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam sup sehingga rasa sup ayam tidak terlalu amis. Pepes tahu sudah baik teksturnya, namun sebaiknya tidak digunakan cabai sebagai isi pepes. Pepaya yang disajikan pada menu makan siang terlalu matang sehingga warna kurang menarik. Evaluasi untuk tumis bayam dan wortel pada menu makan malam yaitu ukuran saji yang terlalu banyak dan potongan wortel yang terlalu tipis. Nasi yang dimasak sudah baik. Bumbu pada pepes ikan terlalu banyak dan seharusnya tidak menggunakan cabai rawit. Tekstur ikan sudah cukup baik, tetapi kualitas ikan kurang segar.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyakit Hipertensi
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu
dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
Cara
mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu
lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat
ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu
menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh
per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar