Sabtu, 28 April 2012

makalah HIPERTENSI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/90 mmHg
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
·         Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
·         Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
  Klasifikasi Penyakit Hipertensi                                     
Klasifikasi  penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Tekanan sistolika. < 119 mmHg : Normalb. 120 – 139 mmHg: Pra Hipertensic. 140 – 159 mmHg: Hipertensi derajat 1d. > 160 mmHg : Hipertensi derajat 22. Tekanan diastolik :a.  < 79 mmHg : Normalb. 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensic. 90 – 99 mmHg : Hipertensi derajat 1d. > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati apabila tekanan darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas. Segera berkonsultasi dengan dokter untuk menurunkannya.                                               
 Gejala Penyakit Hipertensi                                                                                 
 Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:          
  1. Sakit kepala
  2. Kelelahan
  3. Mual
  4. Muntah
  5. Sesak nafas
1.2   ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.2.1. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru-paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis-
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.\
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
1.2.2 Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 1997)
1.3   Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).














BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kandungan garam (Sodium atau Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah :
· Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
· Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
· Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
· Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g).
2.2   Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
A. MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan).
B. SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.
1. Vitamin dan Penurunan Homosistein
Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
2. Kacang Kedelai dan Isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.
3. Tempe
Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi kapang Rhizopus ohgosporis atau rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak berwarna putih, dan bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium. Fermentasi kapang menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.
Nilai Gizi Tempe :
· Protein
Enzim-enzim yang dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.
· Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (dua terakhir menyebabkan pembentukan gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.
· Lemak
Enzim dalam kapang dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5% menjadi 21%.
· Mineral
Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kapang menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam fitat, sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
· Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin B6 (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk nabati lainnya.
Manfaat Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif serta penyebab diare (Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
4. Asam Lemak Omega 3
Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.

5. Serat
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat dengan penurunan kolesterol LDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.
·         Nama hidangan, bahan utama, metode pengolahan, dan alat saji diet hipertensi dan dislipidemia
Menu Bahan
Makanan Bahan Tambahan Metoda Pengolahan Alat saji
Nasi lunak
Tumis Ayam + Beras - Perebusan + pengukusan Piring porselen
Ayam tanpa kulit garam tumis Piring porselen
Wortel Wortel
pala rebus Mangkuk
Kopi susu Susu Air + gula Gelas
Pudding buah Gula Agar-agar rebus Piring kecil
Mangga Mangga
Susu Susu low fat Gelas
Nasi Beras Rebus + kukus Plato
Pepes ikan Ikan kunyit kukus Plato
Ayam kecap Ayam Gula merah tumis Plato
Susu Susu skim bubuk Gelas
Gula
Oseng Kangkung + wortel + buncis Wortel garam tumis Plato
Kangkung
Buncis
Pola makan
Menu Makan Pagi
• Nasi lunak
• Tumis ayam + wortel
• Kopi susu kedelai
( E : 225 Kal, KH : 30 g, L : 6,5 g, P : 30 g

Selingan 1 dan 2
• Pudding Mangga
• Susu low fat
( E: 330 Kal, KH: 59 g, L: 7 g, P: 7 g)

Makan Siang
• Nasi putih
• Pepes tahu
• Sup buncis + wortel
• Buah pepaya
( E: 325 Kal, KH: 44 g, L: 7,5 g, P: 18,5 g)

Makan Malam
• Nasi Putih
• Tumis bayam
• Pepes ikan
• Buah pepaya
( E: 360Kal, KH: 57 g, L: 3 g, P: 12g)

EVALUASI HIDANGAN
Evaluasi untuk menu makan pagi yaitu nasi lunak sudah cukup baik, pemberian kopi susu kedelai sebaiknya ditanyakan dulu kepada pasien mengenai keluhan gastritis. Konsumsi kopi pada pasien dengan keluhan gastritis sebaiknya dibatasi karena dapat merangsang kerja lambung. Ayam suwir-wortel sudah cukup baik tingkat kematangannya, tetapi rasa terlalu pedas. Evaluasi untuk puding mangga adalah rasanya yang kurang manis. Oleh karena itu, jenis mangga yang dipakai haruslah lebih manis untuk menambah rasa manis pada puding tanpa perlu penambahan gula pasir. Kombinasi jumlah gula yang lebih besar dipadukan dengan mengurangi jumlah mangga juga dapat diaplikasikan pada selingan ini sehingga kandungan energi tidak melebihi kecukupan.
Evaluasi untuk makan siang, ukuran saji sup ayam terlalu banyak. Sebaiknya sayuran yang dimasukkan ke dalam sup hanya 0.75 SP. Aroma sup ayam sudah baik karena ditambahkan sedikit bubuk pala ke dalam sup. Selain itu, ayam disangrai terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam sup sehingga rasa sup ayam tidak terlalu amis. Pepes tahu sudah baik teksturnya, namun sebaiknya tidak digunakan cabai sebagai isi pepes. Pepaya yang disajikan pada menu makan siang terlalu matang sehingga warna kurang menarik. Evaluasi untuk tumis bayam dan wortel pada menu makan malam yaitu ukuran saji yang terlalu banyak dan potongan wortel yang terlalu tipis. Nasi yang dimasak sudah baik. Bumbu pada pepes ikan terlalu banyak dan seharusnya tidak menggunakan cabai rawit. Tekstur ikan sudah cukup baik, tetapi kualitas ikan kurang segar.




BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.











makalah kesehatan


MAKALAH PATOLOGI
KELAINAN KONGENITAL

KELOMPOK 5
1.   Rahmawati(113110262)
2.   Rayesha Yulindhani(113110263)
3.   Rian Aulia Putra(113110264)
4.   Risa Sukma(113110265)
5.   Romi idayat (113110266)

TINGKAT :  IB  JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
DOSEN PEMBIMBING : dr. ELIZABETH, S. MSc

POLTEKKES KEMENKES PADANG
TA 2011/2012




KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “KELAINAN KONGENITAL”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : dr. ELIZABETH, S. MSc
            Yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis menyadari makalah ini belum sempurna.
            Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiiin…………..
                                                                                                             

                                                                                                            Padang, 12 Maret 2012



                                                                                                                                                    Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….         
DAFTAR ISI...........………………………………………………….         
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...         
1.1     LATAR BELAKANG.....................................................        
1.2     RUMUSAN MASALAH................................................                    
1.3     TUJUAN..........................................................................        
BAB II TEORI………………………………………………………

2.1 PENGERTIAN KELAINAN KONGENITAL........................                    

2.2 ANGKA KEJADIAN..............................................................                  
2.3 FAKTOR ETIOLOGI...............................................................                 
2.4 MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL/ CACAT
BAWAAN PADA NEONATUS....................................................                  
2.5  BEDAH JANTUNG                                                         
BAB III KASUS…………………………………………………….          
BAB IV HUBUNGAN TEORI DENGAN KASUS ……………....          ..                     
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………..           ..         
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang perawat dapat melakukan penanganan secara terpadu. Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih parah kita harus melakukan rujukan.

1.2    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan kongenital?
2.      Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3.      Bagaimana menentukan diagnosis kelainan congenital ?
4.      Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada dan penatalaksanaannya?
5.      Bagaimana hubungan kelainan kongenital dengan kasus yang ada dalam masyarakat?



1.3    TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan kelainan kongenital.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1.      Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan
2.      Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3.      Untuk mengetahui diagnosis kelainan kongenital
4.      Untuk mengetahui kelainan kongenital pada dan penatalaksanaannya
5.      Untuk mengetahui hubungan kelainan kongenital dengan kasus yang ada dalam masyarakat






BAB II
TEORI

2.1 PENGERTIAN KELAINAN KONGENITAL

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin.
2.2 ANGKA KEJADIAN
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.
2.3 FAKTOR ETIOLOGI
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
1.       Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.

2.       Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
3.       Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4.      Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5.      Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
6.      Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7.      Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8.      Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
9.      Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
2.4 MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL/ CACAT BAWAAN PADA
NEONATUS
1. Encephalocele
 Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
 Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup cacat tersebut
 Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesi ditutupiØ kassa steril atau kassa yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
 Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.


 Hidroscephalus ada dua, yaitu:
a.       Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b.      Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab               : Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi) yaitu kelainan bawaan, infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
 Gejala klinik         : Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar, sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah. Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:
a.       Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
ventrikel dengan subarachnoid.
b.      Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan
c.       Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah.
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
 Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada
Ø penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
 Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yang
Ø melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
 Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia). Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau makan.
 Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress pernapasan.
 Penatalaksanaan:
a.        Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b.      Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus, perhatikan keadaan umum bayi.
c.       Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan.

4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanya disertai kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
 Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi
 Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir denganØ kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
 Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan
Ø setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
 Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
 Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir danØ tidak terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur mekoniu. Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØ rendah atau pada anus, membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenanØ rektum dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
 Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaitu
Ø dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.

6. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yangØ lambat keluar ( lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
 Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan
Ø merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
 Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).

7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. Ada sebagian komponen tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
 Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya
Ø kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.

8. Hernia Diafragma
 Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perut masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari diafragma.
 Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam toraks, akan timbul gejala gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
 Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.
 Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberian oksigen bila bayi tampak sianosi, kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.
9. Atresia Koane
 Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang- tulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
10. Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harus dilakukan dengan tindakan pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.
 Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat,perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral, pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi
 Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsi umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.

11. Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah gangguan atau kelainan organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan. Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya. Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme. Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperanØ dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
Jenis-jenis Kelainan Jantung
Kelainan jantung bawaan sangat beragam jenisnya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1.      Sekat Bilik Jantung Berlubang (Ventracular Septal Defect/VSD)
VSD adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antarbilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Kebocoran ini membuat sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru. Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan masalah berarti. Bila besar, bayi dapat mengalami gagal jantung.
VSD adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering terjadi (30% kasus). Gejala utama dari kelainan ini adalah kesulitan menyusui dan gangguan pertumbuhan, nafas pendek dan mudah lelah. Bayi dengan VSD besar cepat tidur setelah kurang menyusui, bangun sebentar karena lapar, mencoba menyusu lagi tetapi cepat kelelahan, tertidur lagi, dan seterusnya.
penyakit jantung bawaan
2.      Penyempitan Katup Paru (Pulmonary Stenosis/PS)
PS adalah penyempitan katup paru yang berfungsi mengatur aliran darah rendah oksigen dari bilik kanan jantung ke paru-paru. Dengan penyempitan ini, bilik kanan harus bekerja keras memompa darah sehingga makin lama makin membesar (hipertrofi).
PS adalah kelainan jantung paling umum kedua, terjadi pada 10% kasus. Banyak penderita ASD yang baru terdiagnosis setelah dewasa. Bila demikian, dampaknya mungkin sudah sangat merusak berupa penyakit paru, risiko stroke tinggi dan usia harapan hidup yang rendah.
3.      Sekat Serambi Jantung Berlubang (Atrial Septal Defect/ASD)
ASD adalah lubang di antara dua serambi jantung. Lubang ini menimbulkan masalah yang sama dengan VSD, yaitu mengalirkan darah kaya oksigen kembali ke paru-paru. ASD terjadi pada 5-7%? kasus dan lebih banyak terjadi pada bayi perempuan dibandingkan bayi laki-laki.
4.      Tetralogi Fallot (Tetralogy of Falot/TOF)
TOF adalah komplikasi kelainan jantung bawaan yang khas, dan melibatkan empat kondisi:
  • Sekat bilik jantung berlubang (VSD)
  • Penyempitan katup paru (PS)
  • Bilik kanan jantung membesar (hipertrofi)
  • Akar aorta tepat berada di atas lubang VSD
Lubang VSD biasanya besar dan darah mengalir dari bilik kanan melalui lubang ini menuju bilik kiri. Hal ini terjadi karena adanya hambatan pada katup paru. Setelah masuk ke bilik kiri, darah yang rendah oksigen itu dipompa ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh. Itulah sebabnya bayi penderita TOF memiliki kulit yang membiru karena kekurangan oksigen.
2.5  BEDAH JANTUNG
Pengertian
Bedah jantung adalah : Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
1)      Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2)      Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
 Tujuan Operasi Jantung
 Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam antara lain :
1)      Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2)      Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
3)       Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
4)      Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
5)       Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
6)      Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
7)      Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.

 
BAB III
KASUS
A.    DATA PASIEN

NAMA                                    :  NIKEN
UMUR                                     : 8 ½ tahun
TINGGI BADAN                     : 111 cm
BERAT BADAN                     : 15 kg
ICU SADAR                            : 100/70 mmHg
TANGGAL LAHIR                  : 3 Desember 2003
LAHIR CARA                                     : Spontan
TEMPAT LAHIR                     : dirumah; Bidan
MASA GESTASI                     : Cukup bulan
SERN  APGAR                                    : Langsung Menangis kuat
BeRAT BADAN LAHIR         : 2500 gr
Panjang Lahir                           : 48 cm

Pertumbuhan Gigi pertama 7 bulan
Tengkurap 4 bulan
Duduk 6 bulan
Berdiri 9 bulan
Jalan 12 bulan
Bicara 13 bulan

Vaksin BCG    : umur 1 bulan
Vaksin DPT :
I : umur 2 bulan
II : umur 3 bulan
III : umur 4 bulan
Vaksin Polio :
I : umur 2 bulan
II: umur 3 bulan
III : umur 4 bulan
Vaksin Campak          : Umur 9 bulan
Imunisasi Dasar Lengkap
B.     DATA KELUARGA

1.      IBU
Umur Ibu         : 39 tahun
Pendidikan       : SMA
Pekerjaan         : Ibu Rumah Tangga
2.       AYAH
Umur Ayah                  : 46 tahun
Pendididkan terakhir    : SMA
Pekerjaan                     : Buruh
Penghasilan Per bulan : 750.000
3.      Saudara
Righno (laki-laki)         : 17 tahun Sehat
Ravi (laki-laki)                         : 16 tahun Sehat
Niken (perempuan)      : OS
Tanggal Masuk rumah sakit : 01 Maret 2012
Jam : 10.22 WIB
C.    RIWAYAT PASIEN

v  Keluhan Utama : Demam Berulang sejak 2 bulan yang lalu.
v  Riwayat Kesehatan Sekarang :
-          Demam berulang Sejak 2 bulan yang lalu
-          Demam tidak tinggi
-          Demam tidak terus menerus
-          Demam tinggi 10 hari yang lalu, selama 7 hari suhu naik turun
-          Tidak memggigil
-          Tidak berkeringat
-          Batuk Pilek (-)
-          Sesak Nafas (-)
-          Oedema (-)
-          Sianosis (-)
-          Anemis (+)
-          Ikterus (-)
-          Anak kurang mau makan sejak sakit
-          Riwayat keluar cairan dari telinga (-)
-          Riwayat kebiruan (-)
-          Riwayat menyusui sebentar – sebentar saat bayi (-)
-          Riwayat korengan (-)
-          Riwayat gerakan tidak terkontrol (-)
-          Riwayat nyeri sendi berpindah (-)
-          Riwayat cabut gigi  (-)
-          Riwayat Operasi (-)

v  Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak Ada
v  Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada
Data Subjektif :           
-          Demam berulang Sejak 2 bulan yang lalu, tidak tinggi, tidak terus menerus.
-          Batuk Pilek (-)
-          Sesak Nafas (-)
-          Mual Muntah (-)
-          BAB, BAK biasa
Data Objektif :
-          Sesak Sedang                           - Konjungtiva : anemis (-)
-          Sadar                                       - Sklera : ikterik (-)
-          Frekuensi Nadi 92x                 - gigi mulut : caries (+)
-          Fekuensi Nafas 24x                 - Thorax .cor : irama irequer, perkusi vesikuler
-          Suhu badan 36,8­­­­0c                   - Abdomen : Bising Usus (+), distensi (-)
-        ICU sadar : 100/70 mmHg
-        HB : 9,4
-        Leukosit : 15000/mm3
-        HT : 33 Vol
-        Eritrosit : 4,4 juta/m3
PEMERIKSAAN FISIK :
Konjungtiva                 : anemis (+)
Sklera                          : ikterik (-)
Pupil                            : 1 sokor P 2/2 mn reflek cahaya +/+ N
Hidung                         : Nafas Cuping Hidung (-)
Tenggorokan                : T1 – T1 tidak Hiperemis
Faring                          : Hiperemis (-)
Gigi Mulut                   : Mukosa bibir dan mulut bengkak
Leher                           : JVP 5-2 mmHzg
Dada Paru
Inspeksi           : Simetris, normal Chest
Palpasi            : Simetris kiri kanan
Perkusi                         : Sonor
Auskultasi        : Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi           : Iktus tidak terlihat
Palpasi                         : Iktus teraba pada 1 jari medial I MCS RIC V
Perkusi             : Batas atas RIC II kanan LSD kiri 1 jari medial L MCS RIC V
Auskultasi        : Irama teratur biasa ; Pam. Sistonik grade 3/6
                                      terjelas di RIC III, IV dan Apex
Obat
MB TKTP        : 300 Kkal
Ceftriaxon       :  1x 1,5 jt/ IV
Gentamien       : 3x 14 mg/IV
Diagnosa         : Caries Dentis + Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
 VSD + endokarditis infektif




BAB IV
                         HUBUNGAN TEORI DENGAN KASUS
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur anak yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Salah satu contoh kelainan kongenital adalah penyakit kelainan jantung bawaan non sianotik VSD.
Kelainan jantung bawaan non sianotik VSD dapat menyebabkan anak mengalami anemi. Hal ini disebabkan karena lubang pada sekat antarbilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Kebocoran ini membuat sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru. Bila lubangnya kecil, VSD tidak memberikan masalah berarti. Bila besar, anak dapat mengalami gagal jantung. Anak yang sudah menderita gagal jantung juga dapat mengalami komplikasi dengan endokarditis infektif, yaitu infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katub jantung. Apabila infeksi ini terjadi anak dapat mengalami demam berulang dan anemi.











BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1    KESIMPULAN
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan
5.2 SARAN

Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memperhatikan penyakit kelainan kongenital.







DAFTAR PUSTAKA
Ulfah Rahayoe , Anna. penyakit jantung bawaan. indonesiaindonesia.com. diakses tanggal 15 maret 2012
FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta.
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
PAPDI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta.
Catzel, Pincus dan Ian Roberts, 1990. Kapita Selekta Pediatric. Ed.2. Jakarta: EGC.
Rachmat. Kelainan kongenital. www. medicastore.com. Diakses tanggal 13 Maret 2012.
Sammy.2010. Penyakit Jantung bawaan. www. wordpress.com. diakses tanggal
15 maret 2012